INDVESTA.ID – Sekali berkunjung ke destinasi wisata Pantai Cemara Ratu (CR) di Kawasan Pantai Kecamatan Cikakak Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi membuat ketagihan oleh panorama dan keindahannya.
Begitulah yang dilontarkan Achmad, wisatawan local yang baru pertama kali mengunjungi Pantai yang baru-baru ini menyedot perhatian berbagai kalangan atas potensi yang dimilikinya.
Dengan hanya membayar Rp.10 ribu rupiah untuk mobil dan Rp.5 Ribu rupiah sebagai tiket masuknya. Pantai yang masih asri dengan bentangan panorama alam Pantai berbatu eksotik ini bisa dinikmati sepuasnya.

Total luasan areal 4 Hektar dengan bentangan panti sepanjang kurang lebih setengah kilometer ini menawarkan pesona unik yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan spot lain disekitarnya.
Suasana sejuk dari pagi hingga sore hari, semilir angin dan nuansa sunset (matahari tenggelam) keemas an yang membelai kawasan ini menjadi lengkap dengan puluhan pohon pandan laut berbuah merah dan pedagang ramah yang siap memanjakan lidah dengan harga jajanan yang murah.

Saat diwawancara, pengelola Pantai cempara Ratu ini, Jajah Junajah Nurdiandsyah yang notabene merupakan seorang legislator Jajaway alias anggota DPRD Kabupaten Sukabumi dari Fraksi PDI Perjuangan tersebut mengungkap, jika ingin menikmati ketenangan, panorama alami, serta sensasi menikmati matahari terbenam (sunset) tanpa gangguan hiruk pikuk musik dan sejenisnya bisa disini.
“Kawasan ini kurang lebih 45 tahunan terbengkalai dan sangat disayangkan tidak terkelola dengan baik. Alhamdulillah kurang lebih 9 bulan lalu, kami melihat potensi tersebut dan kami mulai lakukan Kerjasama swakelola. Sekarang bisa dilihat dan dinikmati oleh Masyarakat,” tutunya.

Jajah Junajah juga menyampaikan, konsep yang diterapkan diharapkan dapat menjaga keasrian dan keaslian alami serta kearifan local di sini. “Coba rasakan semilir angin disini yang sangat sejuk, kemudian saat menjelang magrib hingga pagi datang Kembali justru hangat rasanya,” ujarnya ramah.

Ia juga menuturkan, di Pantai Cemara Ratu jangan takut “dimanfaatkan” pedagang nakal. Di CR harga makanan dan minuman serta jajanan ramah dikantong dan sesuai dengan kultur Masyarakat yang membumi.
“Yang lagi penat pikiran, begitu duduk disini menikmati panorama, InsyaAllah menjadi fres dan tenang. Disini kami tidak akan membiarkan suara musik diputar. Justru irama alam, debur ombak dan sejuknya angin yang menembus dahan dan dedaunan pandang laut ini kami jadikan andalan. Kami juga menyiapkan ratusan bibit pandan laut untuk reboisasi serta untuk persiapan menggantikan pohon yang sudah tua. Enak lho rasa buah Pandan laut, tapi pastikan yang jatuh sendiri dari pohon saat sudah matang,” terangnya.

Di penutup wawancara, Anggota Dewan yang pernah menjadi Kepala Desa tersebut mengungkap, disini ia mengunggah konsep pemberdayaan yang diharapkan bisa meningkatkan taraf hidup Masyarakat sekitar.
“Disini ada 20-an warga sekitar yang bekerja dan Alhamdulillah untuk saat ini sudah mulai mendapatkan omzet kurang lebih 5 Jutaan perminggu. 2 bulan lalu jalan juga sudah kami perbaiki sehingga nyaman dilewati. Kami juga sedang menyiapkan konsep untuk pembuatan Istana Krupuk disepanjang pinggir jalan nasional di wilayah ini,” tambahnya.
Ia juga mengatakan bahwa konon dulu Wali Songo (9 Wali) pernah mengadakan pertemuan di areal Pantai ini sehingga bisa dikatakan Kawasan Pantai ini merupakan petilasan dari wali songo. Namun saat ingin diwawancara terkait hal tersebut, Jajah Junajah menyampaikan hal yang menggelitik.
“Cerita bab petilasan Walisongo untuk bahan wawancara di lain waktu saja ya,” tutupnya sambil tertawa ringan.





